Minggu, 25 April 2010

Setia & Bersungguh-sungguh.

Komitmen yg kuat untuk kekudusan masih akan tetap penting dgn menghindari dari segala bentuk kompromi terhadap kemunafikan dan segala tawaran dunia. Sering kali kita mencoba ingin mempercepat sebuah proses "penerimaan pengampunan" dgn mengorbankan proses pemulihan untuk "tidak kita jalani".

"Akhir dunia ini hampir tiba. Karena itu, jadilah orang-orang yg bersungguh-sungguh serta tekun berdoa." (1 Petrus 4:7 FAYH)

Sebuah "hati yg bertobat" akan mengakui dan menjalani ketekunan di dalam proses pemulihan. Jangan membuat suatu tuntutan atas janji-janji Tuhan pada hak-hak istimewa kita sebagai anak-anak Tuhan, jika kita tidak setia menjalani perjalanan pemulihan yg diperintahkan Tuhan di dalam firman-Nya.

Sebagai anak-anak Tuhan, kita perlu menegaskan kembali untuk setia menjalani pemulihan pengampunan dgn tekun berdoa. Setia pada komitmen di dalam "kemurnian hati", "motivasi kehidupan pribadi" yg benar-benar bebas dari dosa-dosa tersembunyi.

Tuhan Yesus Memberkati.

Kehidupan Rahasia

Pengujian yang sejati di dalam kehidupan kita, sesungguhnya ada di dalam kehidupan rahasia, yang memang tersembunyi. Disanalah pengujian sejati terhadap karakter kita. Sebab jika kita membuat sebuah perhitungan di dalam diri sendiri, demikianlah diri kita yang sesungguhnya.
Amsal 23:7: "Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia. "Silakan makan dan minum," katanya kepadamu, tetapi ia tidak tulus hati terhadapmu."

Jika kita ingin memahami siapa diri kita sesungguhnya, kita harus selalu memperhatikan dengan seksama kehidupan kita yang tersembunyi, kehidupan rahasia, terutama dengan pikiran-pikiranmu yang terdalam.
Mulailah sekarang ini kita menatap ke dalam cermin Firman Allah, dan kita ijinkan Firman itu menyingkap dan memperbaiki segala pikiran dan motivasi hati kita.

Tuhan Yesus Memberkati.

Rumah Yang Harum

Karena minyak narwastu yg dituangkan Maria ke kaki Yesus, maka seluruh rumah tempat mereka berada menjadi harum dan menyegarkan. Bau harum, pada awalnya diciptakan dr bahan-bahan alami. Baik dari bunga, buah, rempah-rempah atau sejenis kayu-kayuan. Begitu pula parfum yg dibawa Maria. Parfum itu terbuat dr bahan rempah, yakni akar narwastu, yg biasa dipakai sebagai parfum untuk ruangan raja-raja. (baca.Kid 1,12, 4:14).

Untuk menghormat Yesus, disiapkanlah suatu perjamuan makan. Marta melayani dan Lazarus duduk semeja dengan Dia. Kemudian Maria mengambil sebotol minyak wangi narwastu yg mahal, lalu mengurapi kaki Yesus dgn minyak itu serta mengusapnya dgn rambutnya. Maka semerbaklah rumah itu dgn bau yg harum. Ttp Yudas Iskariot, salah seorang murid Yesus -yg akan mengkhianati Dia-berkata,"Minyak wangi itu berharga sekali! Seharusnya dijual dan uangnya diberikan kepada orang miskin." (Yoh.12:2-5 FAYH)

Minyak narwastu ini sangat mahal, bahkan senilai gaji buruh selama satu tahun. Namun, sesungguhnya pengorbanan Maria yg terbesar bukan pada minyak narwastunya, tetapi bahwa ia bersedia menyeka kaki Tuhan Yesus dengan rambutnya. Barangkali banyak orang bisa gampang berkorban harta, tetapi Maria mau melakukan sesuatu yg lebih dari itu; ia berkorban DIRI. Mengapa? Karena kasih dan hormatnya kepada Tuhan Yesus.

Sikap keluarga Marta dan Maria ini patut dicontoh. Bukan hnya karena mereka mengharumkan ruangan dgn parfum. Melainkan karena mereka menciptakan keharuman lain yg muncul dr "Sikap Baik" yg ditunjukkan oleh para penghuni rumah itu. Ketika mereka mengundang Yesus datang ke perjamuan, di situ setiap penghuninya memainkan peran yg berarti: mau melayani sprti Marta, mau berkorban sprti Maria dan bukan menyalahkan sprti Yudas. Biarlah tempat tinggal kita, sesemerbak rumah mereka. Oleh keharuman sikap dari setiap anggota keluarga.

Keharuman rumah BUKAN ditentukan oleh FASILITASNYA, melainkan SIKAP PENGHUNINYA. (TEM.RH)

Tuhan Memberkati.

Waktu Untuk Berubah

Seorang teman pernah berkata, "Di sepanjang hidupku, aku telah melihat begitu banyak hal yg berubah dan aku berusaha melawan semua perubahan itu!" Mungkin ia terlalu berlebihan, tetapi banyak dari kita akan setuju bahwa kita tidak menyukai perubahan terutama jika itu terkait dgn mengubah kebiasaan dan sikap kita.
Karenanya Yesus tidak begitu populer di kalangan orang Farisi. Yesus menentang sistem dan kebiasaan yg telah mereka pegang teguh sejak dulu tentang perbuatan baik dan hidup yang benar.

Seperti kejadian di dalam Lukas 7, Simon orang Farisi tidak terkesan dgn tindakan kasih yg ditunjukkan perempuan pendosa itu kpd Yesus. Yesus tahu pikiran Simon dan segera menantang pemikirannya yg keliru tentang kesalehan dirinya. Yesus menceritakan kisah tentang 2 orang yg berhutang, seorang yg berhutang banyak kpd tuannya dan seorang yg berhutang lebih sedikit. "Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia?" tanya Yesus.
Luk.7.42 FAYH: "Tetapi keduanya tidak dapat mengembalikan uang itu. Orang itu dgn rela mengampuni dan membebaskan mereka dari utang mereka. Menurut pendapatmu siapakah di antara keduanya akan lebih mengasihi orang itu?". Karena sikap Simon yg merasa dirinya cukup baik, Yesus berkata, "Tetapi orang yg menerima pengampunan sedikit, sedikit pula kasih yang ditunjukkannya."

"Karena itu, dosanya yg banyak telah diampunkan, karena ia sangat mengasihi Aku. Tetapi orang yang menerima pengampunan sedikit,sedikit pula kasih yg ditunjukkannya." (Luk.7:47 FAYH).

Terbuai pemikiran betapa baiknya kita, akan membuat kasih kita kpd Yesus semakin berkurang. Kkita melupakan bahwa kita pun juga termasuk orang yg mendapat "banyak pengampunan". Jika demikian, siap atau tidak, ambil waktu untuk berubah. Karena ketika Allah mulai mengubah sesuatu, biasanya Allah memulai dengan mengubah kita.

Tuhan Yesus Memberkati.

Kemenangan Tidak Otomatis

Kemenangan Di Dalam Tuhan Tidak Otomatis

Kemenangan yang diperuntukkan di dalam kehidupan kita semua bukanlah sebuah warisan yang otomatis ada. Kita perlu terus mengingat bahwa di dalam Allah, kehidupan akan diberi berlimpah namun bukan secara berkesinambungan (terus-menerus). Kemenangan yang Tuhan berikan bukan seperti sebuah rantai panjang yang tak terputus. Kemenangan memang tersedia, namun tidak dengan otomatis kita peroleh. Memang sebuah kekuatan harus kita butuhkan untuk setiap kemenangan. Di dalam kekristenan kita tidak dapat berpikir tentang sebuah kehidupan dengan "kemenangan instan".

- Kemenangan bukan berasal dari perasaan emosional.
Sebagai anak Tuhan kita tidak bisa meraih kemenangan atas segala pertempuran dengan metode sendiri. Atau dengan menantikan "waktu yang benar-benar tepat" untuk merasakan diri bertindak dengan benar.

- Kemenangan bukan impian yang disediakan agar kita menjadi kudus.

Hanya dengan "mengalahkan sebuah pertempuran kedagingan" di dalam kehidupanlah, kita akan mendapatkan kemenangan di dalam Allah. Karena Kasih-Nya, Tuhan Yesus selalu bersama kita didalam pertempuran itu dan Dia tidak akan pernah meninggalkan kita.

- Kemenangan bukan dengan pasif dan ditunggu kehadirannya.

Sekarang ini sering kita dengar slogan kerohanian tentang kemenangan yaitu "Duduk Diam dan Tunggu, Kemenangan Hadir!". Bagi orang Kristen kemenangan adalah bersifat pribadi dan akan selalu terlibat langsung didalam sebuah prosesi perjalanan hidup yang dikehendaki Allah. "Jika kita ingin mencapai tujuan hidup, secara maksimal kita harus terlibat didalam tujuan itu."

"Kemenangan yang kita inginkan tidak pernah otomatis didapatkan tanpa ketekunan yang teguh menjalani prosesi perjalanan bersama Allah. Bangkit bersama Allah tidak akan pernah sia-sia!

1 Korintus 15:57-58 FAYH:
"Betapa besar rasa syukur kita kepada Allah untuk semua ini. Dialah yang telah memberikan kemenangan kepada kita melalui Yesus Kristus Tuhan kita. Karena itu, Saudara sekalian yang saya kasihi, karena kemenangan pasti datang, maka berdirilah dengan teguh dan tetap serta lakukanlah selalu pekerjaan Tuhan, karena Saudara tahu bahwa dengan adanya kebangkitan, apa pun yang Saudara lakukan bagi Tuhan tidak akan sia-sia."

Tuhan Yesus Memberkati.

Dikuduskan dan Diuji

Menjadi orang percaya memang sederhana, yaitu cukup menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi. Namun kekristenan kita akan menjadi gampangan kalau BERHENTI sampai pada "pengakuan nama Yesus" tanpa ada perubahan hidup.

Allah sendiri akan menguduskan umat-Nya dari segala bentuk kecemaran,
khususnya dari penyembahan berhala yg menjadi penyebab utama keberdosaan mereka. Segala bentuk berhala dan nabi-nabinya harus dilenyapkan sama sekali. Bahkan nabi-nabi palsu ini dihadapkan pada suatu kondisi yg membuat mereka tidak bisa bertahan. Mereka ditentang oleh keluarganya sendiri, dipermalukan karena dustanya dan dgn sendirinya mereka menyangkali kenabian mereka yg palsu itu. Demikianlah keadaan umat Allah yang dikuduskan, yaitu terlepas dari kecemaran penyembahan berhala.

Pengudusan dari Allah ini diikuti dengan pengujian. Tidak dapat dipungkiri bahwa penyingkiran berhala bagi sebagian orang adalah keterpaksaan. Karena itu diperlukan suatu batu ujian yg ditandai dgn terbunuhnya gembala umat yg kemudian digenapi oleh Yesus Kristus. Dalam kondisi tanpa gembala ini, umat Tuhan tentulah akan mudah terlihat, mana domba yg liar dan mana domba yang taat.
Hasilnya adalah "dua pertiga" dari umat itu ternyata domba liar sedangkan sisanya: "sepertiga" dari mereka harus masuk dalam api pemurnian sampai akhirnya mereka akan tampil sebagai umat yg sejati (lih.Zakh.13:1-8). Dalam kesejatian itu mereka dgn sukarela akan mengakui nama Tuhan dan Tuhan pun akan mengakui mereka sebagai umat-Nya.

"Aku akan menaruh yang sepertiga itu dalam api dan akan memurnikan mereka seperti orang memurnikan perak. Aku akan menguji mereka, seperti orang menguji emas. Mereka akan memanggil nama-Ku, dan Aku akan menjawab mereka. Aku akan berkata: Mereka adalah umat-Ku, dan mereka akan menjawab: TUHAN adalah Allahku!" (Zakharia 13:9)

Saat ini kita ijinkan diri kita untuk dikuduskan oleh Allah. Persilakan Allah untuk menyingkirkan berhala yg masih bercokol dalam hidup kita. Mungkin itu hobi, uang, pekerjaan, atau berhala lainnya. Buka diri kita untuk terus menerus dimurnikan. Pada akhirnya nanti kita ditemukan sebagai umat yg kudus.

Tuhan Yesus Memberkati.

Minta, Cari dan Ketuk

Doa bukan dijadikan sarana semata-mata untuk minta-minta kpd Tuhan demi memuaskan keinginan kita yg egosentris. Doa adalah membangun relasi yg intim dgn Tuhan. Membuka diri apa adanya dan dgn rendah hati memohon berkat-Nya dalam hidup kita adalah cara yg tepat. Tujuannya: hubungan intim dgn Tuhan. Hidup kita akan menjadi semakin dekat dgn Tuhan dan bahkan berkat-Nya mengalir keluar melalui kita kpd orang- orang di sekeliling kita.

"Mintalah,maka kalian akan diberi. Carilah,maka kalian akan menemukan. Ketuklah,maka pintu akan dibukakan. Karena yg meminta akan menerima. Yang mencari akan menemukan. Asal kalian mau mengetuk,pintu akan dibukakan. Jika seorang anak minta roti kpd ayahnya,apakah ia akan diberi batu? Jika ia minta ikan,apakah ia akan diberi ular berbisa? Tentu saja tidak! Dan jika kalian yg keras hati dan berdosa tahu bagaimana memberikan yg baik kpd anak-anak kalian,apalagi Bapa yg di surga. Ia akan memberikan yg baik kpd mereka yg meminta kepada-Nya. (Matius 7:7-11 FAYH)

Tuhan Yesus menggunakan tiga kata kerja untuk mendorong para murid berdoa kepada Allah Bapa.
*Pertama: MINTAlah! Jelas sumber segala BERKAT yg kita butuhkan ada pada Allah. Kita perlu meminta dengan iman, yaitu percaya bahwa Dia akan memberikan yg terbaik untuk hidup kita.
*Kedua: CARIlah! Kita diperintahkan untuk mencari KEHENDAK Allah. Allah tahu yg terbaik untuk hidup kita, tetapi kita tidak tahu. Jika kita mencari dengan SEGENAP HATI semua kehendak Allah di setiap firman-Nya, maka kita akan menemukan apa yg Tuhan ingin kerjakan melalui kita maupun melalui anak-anak-Nya.
*Ketiga: KETUKlah! Ada pintu ANUGERAH yg kita sendiri tidak memiliki kuncinya, kita tidak bisa membuka sendiri karena keterbatasan kita. Hanya Allah yg dapat membukakannya bagi kita. Kita diminta untuk TEKUN menantikan Tuhan sendiri bertindak membukakan pintu untuk kita.

Bagaimana kita tahu kehendak Allah, sehingga apa yg kita minta memang benar-benar yg Allah sediakan buat kita dan yg kita ketuk adalah benar-benar pintu dari Allah yg seharusnya kita masuk? Tidak ada cara lain kecuali kita memelihara kedekatan hati kita dgn hati-Nya, sehingga pikiran kita pun bisa memahami pikiran-Nya dan keinginan-Nya menjadi keinginan kita. Doa dan membaca Alkitab setiap hari, adalah sarana untuk mengalami keintiman bersama-Nya. Ambil waktu kita utk meminta hadirat-Nya dan mencari pimpinan-Nya. Keputusan yg harus kita ambil adalah BERSEDIA masuk melalui pintu yg sudah dibuka oleh Allah.

Tuhan Yesus Memberkati.

Masih Minta Tanda-tanda?

"Yesus menjawab, "Hanyalah bangsa yg jahat dan tidak beriman yg meminta bukti lebih banyak. Tetapi mereka tidak akan diberi bukti selain daripada apa yg telah terjadi kpda Nabi Yunus! Karena seperti Yunus berada di dalam ikan besar selama tiga hari tiga malam, demikian juga Aku, Mesias, akan berada di dalam tanah selama tiga hari tiga malam". (Mat.12:39 FAYH)

Diberi hati minta jantung, mungkin begitulah gambaran orang Farisi. Mereka dan para ahli Taurat meminta tanda dari Yesus untuk meyakinkan mereka agar memercayai Dia. Namun Yesus tahu hati mereka. Mereka sudah melihat Yesus mengusir setan, tetapi mereka justru menuduh Dia melakukan mukjizat dgn kuasa Beelzebul. Jelas bahwa mereka bukan tertarik pada tanda, melainkan sedang mencari cara untuk mendiskreditkan Yesus. Maka tak ada kesempatan bagi mereka untuk diyakinkan lagi, karena permintaan mereka lahir dari hati yg tak mau percaya. Mereka telah menolak setiap tanda yg Yesus berikan. Tinggal satu tanda lagi yg akan diberikan kepada mereka, tetapi mereka masih harus menunggu. Itulah tanda Yunus yg akan mengkonfirmasi siapa Yesus sesungguhnya.

Lalu Yesus memberi peringatan terkait ketidakpercayaan mereka, yakni tentang iman orang Niniwe dan Ratu Sheba. Mereka bukan orang Yahudi yg percaya pada Allah. Namun orang Niniwe mau percaya pd perkataan Yunus dan Ratu Sheba mengagumi hikmat Salomo dan bersedia datang dari negeri yang jauh. Bukankah mereka seharusnya lebih percaya pada Yesus karena Dia lebih besar daripada Salomo?

Hasrat untuk melihat tanda(mukjizat) juga masih besar di kalangan Kristen masa kini. Sebenarnya tidak salah jika hasrat itu ditempatkan dalam motifasi/ porsi iman yg benar. Namun jangan sampai tanda menjadi SYARAT untuk PERCAYA kepada Yesus. Iman yg menyelamatkan bukan didasarkan pada TANDA melainkan pada FIRMAN TUHAN.
"Lalu Ia menambahkan, "Siapa pun yang menaati Bapa-Ku yang di surga menjadi saudara-Ku dan ibu-Ku!" (Mat.12:50 FAYH)"

Ingat, jika kita mulai undur, si jahat akan berusaha menduduki hati kita.(baca.Mat.12:43 FAYH)

Tuhan Yesus Memberkati.

Respon Yang Tepat

Mengapa kita harus merespons pengajaran Tuhan Yesus dgn menerima dan melakukannya? Pertama, krn Dia berotoritas utk menuntut hidup kita sesuai dgn kehendak-Nya. Kedua, adalah sikap yg bodoh kalau kita mengabaikan firman-Nya, mungkin karena kita menganggap diri kita lebih pintar drpd Dia atau ada alternatif pengajaran yg lebih kita percayai.

.."Tetapi setiap orang yg mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dgn orang yg bodoh, yg mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya." (Matius 7:26-27)

Khotbah di bukit adalah ajaran Yesus yg menyarikan hakikat kehidupan anak Tuhan sejati. Dasar pengajaran Yesus adalah karakter dan sifat Allah yg sudah dinyatakan lewat Taurat dan seluruh Perjanjian Lama. Yesus menyatakan bhw pengajaran-Nya berasal dr Allah Bapa (lih.Yoh.7:16). Pengajaran Yesus memiliki otoritas tertinggi utk diterima dan dilakukan oleh setiap anak Tuhan. Yesus pun meneguhkan otoritas-Nya melalui tindakan yg selaras dgn ajaran-Nya. Hal ini tidak dimiliki oleh pengajar-pengajar lain.

Karena ajaran Yesus bersumber pd Allah, maka pasti benar langgeng. Bodohlah kita jika menolak taat dan melakukannya. Ajaran Yesus bagaikan fondasi bagi rumah rohani yg akan kita bangun. Beranikah kita mempertaruhkan bangunan hidup kita pd fondasi yg bukan hnya belum teruji, tetapi yg fana krn buatan manusia semata atau yg akan dihancurkan krn buatan kuasa lain yg bukan Tuhan? Jangan konyol menyerahkan masa depan hidup kita pd sesuatu yg bukan dr Tuhan, yg tdk pasti, yg suatu saat akan dimusnahkan bersama dgn dunia ini.

Ambil tekad dan komitmen, jangan ada fondasi apa pun yg menjadi dasar bangunan rohani kita selain Yesus dan firman-Nya. Mungkin selama ini kita hidup mengandalkan kata-kata bijak orang dunia, pengalaman orang lain yg terlihat arif, bahkan teknologi super canggih. Berhenti bersandar pada semuanya itu. Baca firman Tuhan dan terapkan dalam perjalanan hidup kita mulai sekarang..

Tuhan Yesus Memberkati.

Jangan Salah Komitmen

"Segala sesuatu yg kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi. Masuklah melalui pintu yg sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yg menuju kepada kebinasaan dan banyak orang yg masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yg menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yg mendapatinya"(Matius 7:12-14)

Sikap hidup yg berbeda daripada orang-orang yg memiliki dunia adalah bukti seseorang sudah memiliki Tuhan. Prinsip positif adalah tipikal untuk anak Tuhan, sedangkan semua ajaran bersifat negatif adalah tipikal dunia. Pusat hidup orang dunia adalah diri sendiri. Apa saja yg kita mau orang lain tidak lakukan pada kita, jangan lakukan juga padanya! Hanya anak Tuhan yg hidupnya sudah diisi firman Tuhan bisa berinisiatif melakukan hal-hal yg baik kepada orang lain karena dia sudah menerima kebaikan dari Tuhan!

Menjadi anak Tuhan bukan hal yg mudah, meski pengampunan dan keselamatan adalah anugerah-Nya yg tidak bisa kita beli atau gapai dengan kekuatan sendiri. Tetapi menjalani hidup sebagai orang yg sudah menerima anugerah adalah Komitmen pd perjuangan dan ketekunan sampai akhir.
Tuhan Yesus mengilustrasikan, lewat pintu dan jalan yg luas yg membawa kepada kebinasaan, sedangkan pintu serta jalan sempitlah yg menuju kehidupan. Pintu yg sempit, tidak membawa kita pada alternatif apa pun kecuali komitmen kepada Tuhan. Di jalan yg sempit kita berjuang melawan godaan, memilih jalan yg lebar yg juga menawarkan alternatif yg menggiurkan.

Dunia pada sekarang ini selalu mengajak kita untuk memilih jalan yg banyak alternatifnya. Dunia berpendapat bahwa ketekunan pada satu komitmen tunggal kepada Tuhan Yesus adalah kebodohan. Dunia menawarkan kpd kita agar bersikap pragmatis, yg kelihatan enak, cocok, itulah yg harus kita kejar.

Kita harus lebih dahulu memantapkan sikap untuk menjalani hidup sebagai anak Tuhan. Orientasi bukan pada diri sendiri tetapi kepada Tuhan dan sesama. Kita harus berani berkomitmen kepada- Nya, tidak lengah apalagi menyerah. Tentukan komitmen pada Tuhan untuk berjuang dan bertekun menjadi anak-NYA, sampai akhir!

Tuhan Yesus Membimbing dan Memberkati kita.

Rabu, 21 April 2010

Firman Tuhan Yang Menjadi Cermin

"Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja & tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yg sedang mengamat-amati mukanya yg sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya. (Yak 1:23-24 )

Dalam kehidupan sehari-hari cermin amat banyak gunanya. Salah satu fungsi cermin adalah memantulkan cahaya/warna yg datang padanya. Itulah sebabnya ketika unsur cahaya ada maka cermin akan memantulkan benda yg ada didepannya. Cermin membantu manusia untuk melihat sisi-sisi dirinya yg tidak dapat dan sulit dijangkau oleh mata. Cermin membantu kita untuk lebih memperbaiki dan menyempurnakan penampilan kita. Dengan cermin kita dapat menghias dan menutupi hal-hal yg tidak baik pada seluruh tubuh dan wajah.

Demikianlah halnya dengan firman Tuhan yg kita letakkan bagai cermin maka firman itu akan menunjukkan hal-hal yg tidak baik dan tidak beres yang masih melekat dalam hidup. Dengan bercermin pada firman kita akan mengetahui bahwa masih ada yg perlu diperbaiki. Mungkin karakter dan perilaku kita.

“Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yg diam di dalam kamu, Roh Kudus yg kamu peroleh dari Allah dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!" (I Kor 6:19-20).

Seorang perempuan dan laki-laki yg baik ketika akan bertemu dgn kekasihnya tentu akan berusaha tampil sebaik-baiknya. Rasa cinta kasih yg dalam akan membuat dia senantiasa menghias dirinya sebelum bertemu dengan pujaan hatinya.

"Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya."(Wahyu 21:2)
Tuhan Yesus adalah Kekasih pujaan hati kita. Ketika kita akan bertemu dengan-Nya, apakah kita sudah menghias diri atau membiarkan diri kita bertemu dengan sikap, tubuh dan wajah yang penuh noda? Jangan sampai kekasih kita itu mengusir kita karena tidak mengenal kita.

Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (Mat.7:23)

Ada dua hal yang perlu kita perhatikan dalam bercermin, yaitu:
* Jangan sekedar bercermin, perhatikanlah dengan seksama (tubuh) sikap hati kita. Mendengar firman Tuhan namun tidak melakukannya adalah sama dengan bercermin tidak sebagaimana mestinya.
* Jangan mengarahkan cermin kepada orang lain untuk menunjukkan nodanya. Tetapi pakailah cermin itu untuk melihat noda sendiri. Sama halnya dengan Firman Tuhan, ketika firman Tuhan disampaikan biarlah kita mempunyai sikap bahwa firman itu adalah untuk diri kita.

Tuhan Yesus memberkati.

Kerendahan Hati dan Anugerah Tuhan

"Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?" (Mikha 6:8 AITB)

Kita sering berpikir bahwa kita telah cukup berlaku baik sebagai orang Kristen, yaitu cukup dengan berdoa, membaca Alkitab, datang ke gereja, dan menghindari perbuatan dosa. Semua hal tersebut sangat baik dilakukan tetapi jika hanya hal-hal tersebut diatas yang kita lakukan, mungkin kita tampak sedikit lebih baik daripada orang Farisi yang hanya mempelajari Alkitab, selalu pergi ke gereja, dan tidak pernah melakukan dosa besar (atau setidaknya hati-hati agar tidak terlihat berdosa).

Allah telah mengatakan kepada kita seperti apa kebaikan, seperti apa keadilan. Di dalam kehidupan sehari-hari, kita sering bergumul di dalam dilema kebaikan dan keadilan sesama. Kita juga seringkali terjebak di dalam pemikiran duniawi di dalam memperlakukan sesama agar sesuai dengan standar keadilan Allah.
Kita tahu bahwa Alkitab menuliskan agar kita tidak menipu sekalipun oleh dunia dibenarkan di dalam pekerjaan. Alkitab jg menuliskan agar kita melawan segala jenis penindasan terhadap ketidakadilan dan menolong sesama yang tidak berdaya.

Jika kita memahami kesetiaan di dalam Kasih Allah, Allah sendiri yang akan menggerakkan hati kita untuk memberi makanan dan minum untuk orang-orang yang kelaparan, memberi pakaian kepada orang-orang yang kedinginan, yang telanjang, yang tidak mampu memiliki pakaian. Memberi keceriaan dan pertolongan dana kepada anak-anak yang hidup dalam kemiskinan.

Hidup di dalam kerendah hati Tuhan, akan melenyapkan kekerasan dan keangkuhan kita di dalam dunia pekerjaan juga di dalam kehidupan sehari-hari. Semua perbuatan baik yang kita lakukan adalah campur tangan Allah yang bekerja di dalam diri kita. Karenanya kita tidak layak berbangga diri untuk salah satu dari perbuatan baik yang kita lakukan.

Rendah hati dalam segala hal maka kita akan selalu berjalan bersama Tuhan. Kita tidak hidup sendirian dan mengikuti Juruselamat akan membuat setiap detail perjalanan hidup yang kita lewati akan selalu dipimpin Tuhan. Kita pun memiliki kuasa untuk melawan dosa yang selalu datang menemui kita di dalam dunia pekerjaan, setiap saat, setiap hari

Kita harus melangkah keluar dengan mata hati yang terbuka. Dengan membuka mata hati, kita akan segera melihat hal-hal di sekeliling kita. Hidup di dalam kerendahan hati akan membawa kita mengerti dimana Tuhan menginginkan kita untuk memberikan belas cinta kasih dan melakukan keadilan. Inilah pekerjaan Tuhan untuk kita lakukan di dalam kehidupan keKristenan kita.


TUHAN MENGINGINKAN KITA UNTUK TIDAK MENUTUP MATA HATI, KARENA DI SEKELILING KITA, TUHAN TELAH MENYEDIAKAN ANUGERAH-NYA YANG MENJADI KEBUTUHAN KITA YANG UTAMA DI DALAM HIDUP. (artikel:Chris Roberts)

Tuhan Yesus Memberkati.

Dari Dalam Gelap Akan Terbit Terang

"Sebab Allah yang telah berfirman: "Dari dalam gelap akan terbit terang!", Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus. Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami." (2 Korintus 4:6-7 BIS).

Paulus menjelaskan di dalam suratnya, bahwa sebuah bejana dari tanah liat adalah lemah, mudah retak, dan tidak sempurna. Sama seperti disaat Allah merancang dan menciptakan kita untuk menjadi seperti rapuh, mudah retak dan tidak sempurna ini. Agar seisi dunia melihat bahwa tidak ada kekuatan dan kesempurnaan melebihi Allah.

Setiap saat Tuhan ingin menerangi kegelapan hati kita dengan cahaya Roh Kudus-NYA. Dia ingin kita semua bisa melihat wajah Kristus semakin jelas hingga kita menjadi serupa dengan Kristus. Kita semua adalah sebuah piagam berkat anugerah Allah dan kita sebuah prasasti hidup yang ditulis tangan oleh Allah sendiri: "Tangan Tuhan sedang membentuk sebuah bejana tanah liat."

Kita tidak perlu memperlihatkan kesempurnaan dan kekuatan diri kita.
Lebih baik kit berhenti berusaha keras untuk meyakinkan diri sendiri hanya agar terlihat kuat.
Kelemahan kita adalah sebuah anugerah. Kita adalah bejana tanah liat kepunyaan Allah, dirancang dan di bentuk seperti yang DIA kehendaki.

Kelemahan manusia dirancang oleh Tuhan hanya untuk menunjukkan Kemuliaan Tuhan. Disaat kita lemah tak berdaya dan memohon kekuatan di dalam doa kepada Tuhan, saat itulah kita menunjukkan siapa diri kita sesungguhnya. Tuhan menyukai kejujuran suara hati kita, Tuhan menyukai nada suara kita.

Seperti halnya kejujuran kita ketika sedang membutuhkan sesuatu, kita mengungkapkan semua permohonan kepada Tuhan. Begitu juga ketika kita sedang merasakan jatuh cinta.
Tuhan melihat kejujuran hati kita di dalam setiap doa. Tuhan mau, jika kita terluka katakan kepada Tuhan, jika kita marah dan kecewa akuilah kepada Tuhan. Jika kita bersalah, jujur mengakuinya kepada Tuhan.

Pada saat kita merasa lemah tak berdaya, hanya Tuhan satu-satunya yang dapat menguatkan. Pada saat kita merasa lemah tak berdaya, saat itulah anugerah Terang Allah datang bercahaya di dalam diri kita: "Dari dalam gelap akan terbit terang!"

Tuhan Yesus Memberkati.

Menjadi Berkat

Ditempatkan Menjadi Berkat Untuk Tuhan dan Sesama.

Alangkah berbahagianya kita jika Allah berkata langsung kepada kita, "Aku memberkati kamu!". Tentu perasaan keharuan yang dalam akan terus menyelimuti kita.
Alangkah berbahagianya kita jika Allah punya banyak cara agar kita merasakan berkat-Nya? Tidak ada tindakan lain bagi kita selain bersyukur dan kemudian segera mengeluarkan kemampuan kita untuk melayani Allah.

Alkitab berkata, jalan(rencana)-Nya lebih tinggi dari cara-cara yang kita lakukan. Sering kita mencoba mencari cara-cara yang brilyan dalam berpikir. Kita mencoba merencanakan sebuah cara untuk mencapai hal-hal yang ingin kita capai, keinginan duniawi yang kita butuhkan.

Namun di dalam sistem perencanaan Tuhan, berkat dari setiap perjalanan kehidupan kita sudah ditetapkan-Nya. Tugas yang perlu kita lakukan adalah menempatkan diri dengan mengikuti perintah-Nya. Ketika kita mendengarkan Firman-Nya dengan memberikan persembahan maupun perpuluhan, kita telah menempatkan diri kita di depan gerbang yang terbuka di surga.
Seperti yang tertulis dalam Firman-Nya: "Bawalah sepersepuluhanmu seluruhnya ke Rumah-KU supaya ada makanan berlimpah di sana. Ujilah AKU, maka kamu akan melihat bahwa AKU membuka pintu-pintu surga dan melimpahi kamu dengan segala yang baik." [Maleakhi 3:10 BIS]

Jika pada hari ini kita memang mempunyai sifat seorang pemberi, disaat bangun setiap pagi kita akan berkata, "Aku diciptakan untuk menjadi berkat!". Bila kita menghormati Allah dan menempatkan Dia setiap paginya, menjadi yang pertama dalam mengawali hidup kita, Allah akan menghargai dan merespon perjalanan hidup kita.

"Orang yang suka menolong orang lain dengan hartanya mungkin saja bertambah kaya. Tetapi orang kikir mungkin kehilangan segala-galanya. Ya, orang yang murah hati akan menjadi kaya! Dengan menyirami orang lain, ia menyirami diri sendiri." (Amsal 11:24-25, FAYH).

Tuhan Yesus Memberkati.

Ada Cukup Ruang Di Rumah Bapa-Ku

"Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal, jika [hal itu] tidak [demikian], tentu Aku akan memberitakan kepadamu. Aku pergi untuk mempersiapkan tempat tinggal untukmu." (Yohanes 14:2 NKJV)

Yesus mendatangi kita, dari hati ke hati, dan bertanya pada kita apakah Dia bisa masuk. Jika kita ingin Dia tinggal di dalam kehidupan kita, kita harus siap buka pintu di ruang hati kita dan mengundang Dia untuk tetap tinggal di dalam diri kita. Kita percaya bahwa Tuhan akan memberikan janji-Nya yang besar, bahwa di rumah Bapa banyak tempat tinggal. Yesus berkata "Aku punya cukup ruang untukmu di rumah Bapa-Ku"

"Dan jikalau Aku pergi dan menyiapkan tempat untukmu, Aku akan datang kembali dan menerimamu di tempat-Ku, di tempat Aku berada, [disana] kamu boleh tinggal juga." (Yohanes 14:3 NKJV)

Jika kita menyediakan tempat untuk Dia di ruang hati kita, Dia pun telah mempersiapkan cukup ruang untuk kita, tinggal di dalam rumah Bapa.

Tuhan Yesus Memberkati.

Ketika Aku Lemah.

"Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatanNYA kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia."(2Tawarikh 16:9)

“Aku lemah..” Kalimat ini yang sering diucapkan banyak orang. Walau hanya terdiri dari dua kata, tetapi maknanya sangat berpengaruh pada kejiwaan kita. Saat kita mengatakan kalimat tersebut, sebenarnya kita sedang membunuh kekuatan yang ada pada kita, kita sedang meragukan Tuhan, juga kita sedang menjatuhkan mental kita sendiri. Perhatikan ayat di atas. Apakah Tuhan tertidur? Apakah Tuhan sedang melakukan kesibukan lain, sehingga tidak perduli pada kita?

TUHAN SELALU MELAYANGKAN PANDANGANNYA PADA SEMUA ANAK-ANAK-NYA. TUHAN MELIHAT ANAK-NYA YANG SEDANG MENGALAMI KELEMAHAN DAN MEMBUTUHKAN ULURAN TANGAN-NYA. TUHAN AKAN SEGERA MEMBERI KEKUATAN.

BAGAIMANA CARANYA ?
"Berilah keadilan kepadaku, ya Tuhan, sebab aku telah hidup dalam ketulusan; kepada Tuhan aku percaya dengan tidak ragu-ragu." (Mazmur 26:1)

TUHAN SANGAT MEMPERHATIKAN ORANG-ORANG YANG HIDUP TULUS. TUHAN JUGA INGIN KITA TIDAK MERAGUKANNYA. Pemazmur sangat percaya dan tidak pernah meragukan Tuhan, sehingga ia menghampiri Tahta Tuhan dengan iman dan percaya, yakin pasti Tuhan akan menolong. Pemazmur memohon Tuhan menyelidiki betapa hatinya sangat mengasihi, percaya dan cinta pada Tuhan dengan tulus.

"Banyak kesakitan diderita orang fasik, tetapi orang yang percaya kepada Tuhan dikelilingiNYA dengan kasih setia." (Mazmur 32: 10)

-*"Orang yang mengenal namaMu percaya kepadaMu, Sebab tidak Kau tinggalkan orang yang mencari Engkau ya Tuhan."(Mzm 9:11)

Jangan biarkan IBLIS mengintimidasi kita dengan pikiran dan perkataan “Aku lemah!”.
Percayalah kepada Tuhan, sebab Tuhan mengawasi kita dengan segenap perhatian-Nya dan SETIA. Bersama Tuhan kita akan kuat menghadapi segala masalah di dalam perjalanan hidup kita.

Jika kita menghadapi keadaan yang menyebabkan kita berkata,"Aku lemah..", ingatlah untuk menyimpan wajah Tuhan Yesus di dalam benak, lalu katakan dengan segenap hati, "AKU KUAT!". Maka kekuatan dari Tuhan, di luar bayangan kita sendiri akan membuat kita bangkit dan kembali berlari menghadapi tantangan di dalam perjalanan kehidupan kita.

Tuhan Yesus Memberkati.

Tujuan Beriman

“Karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.” [1 Petrus 1:9]

Apapun yang kita lakukan, pasti memiliki tujuan. Tak terkecuali beriman.
Kita mungkin pernah mendengar tentang manusia perahu , mereka adalah imigran gelap yang keluar dari negeri mereka dgn menggunakan perahu seadanya berlayar tanpa tujuan, karena negeri mereka di landa berbagai konflik sosial maupun politik. Mereka terombang-ambing di lautan lepas, dan dihempas arus laut, terdampar di Indonesia. Setelah ditanya apakah memang tujuan mereka Indonesia, jawaban mereka, “Indonesia bukan tujuan kami.” Mereka berlayar tanpa tujuan dan kehilangan arah, sehingga ada diantara mereka meninggal karena kehabisan makanan.

Kita dapat bayangkan jika perjalanan hidup kita ini tanpa tujuan seperti manusia perahu. Kita akan terombang-ambing dan kehilangan daya dan pada akhirnya kehilangan segalanya bahkan nyawa kita. Coba kita ikuti kesaksian para mantan pecandu, baik narkotika atau alkoholik. Pada umumnya kesaksian mereka adalah kehilangan tujuan hidup, sehingga narkotika dan barang-barang haram lainnya menjadi tempat pelarian. Hidup mereka kosong tanpa harapan.

Beriman juga demikian. Betapa berbahaya bila kita memiliki iman yang tanpa tujuan. Hidup kita akan berakhir sia-sia. Banyak orang memiliki iman, tetapi mereka tidak tahu kemana tujuan imannya. Jadi iman yang dimiliki banyak orang sekarang ini adalah iman tanpa tujuan. Dan ini adalah kesia-siaan belaka.

Berbeda dengan kekristenan, ketika kita beriman pada Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, ada tujuan jelas. Tujuannya yakni keselamatan jiwa dan tujuan itu pasti, bukan semoga, insyah Allah atau walahualam karena telah kita capai sebab yang kita imani adalah pemberi keselamatan itu sendiri yaitu Tuhan Yesus Kristus. (baca: Yohanes 14:6; Kisah para Rasul 4:12)

Jadi bagi kita yang percaya Yesus bukan lagi orang yang diombang-ambing dalam pelayaran kehidupan tanpa tujuan seperti manusia perahu. Kita adalah orang percaya yang memiliki tujuan iman yang pasti yakni keselamatan jiwa, dengan kata lain, Tuhan Yesus sendiri yang menghendaki kita berkumpul di Kerajaan-Nya, surga. (baca: 1 Yoh. 5:13; Roma 8:1; 5:8-9)

Tuhan Yesus Memberkati.

Tujuan Hidup

Meski kehidupan Rasul Paulus diwarnai dengan kesengsaraan, namun ia menyambut akhir hidupnya dengan perasaan damai, karena telah mengakhiri pertandingan yang baik.
Ia menulis : “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman” (II.Timotius. 4 : 7).

Dengan penuh keyakinan ia memandang pada “Tuhan, Hakim yang adil” utuk menerima Mahkota Kebenaran, bukan kepada dunia untuk menerima pujian yg bersifat sementara dan sia2 saja.
Kita melayani Tuhan, setia mengikuti kehendak-Nya, hidup dalam ketaatan, karena mengharapkan sesuatu yang bersifat Kekekalan dan Mulia yang akan kita terima langsung dari Tuhan Yesus Hakim yang Adil pada hari-Nya. Bukan pujian yang sia-sia dari dunia ini. Inilah tujuan hidup. Hidup untuk kekekalan. (Baca: II.Timotius. 4 :1- 8)

Tuhan Yesus Memberkati